SinopsisFilm/Movie Jepang Vampire In Love - film Romantis Jepang (2015) Cerpen Sedih Yang Mengharukan tentang cinta sang istri didiagnosa terkena penyakin alzheimer, yaitu penyakit yang Jika penasaran akan cerpen cinta ini, silahkan langsung saja dibaca Saat itu, perempuan kelahiran 29 Maret 1994 ini menghadiri acara 'Film Society Talk Sabtu, Januari 04, 2020 Om itu mendorong seorang gadis hingga terjatuh di sofa dan berucap, "Kamu tahukan harus apa?" Lalu gadis dengan paha mulus itu menjawab, "Iya om, jangan melawan dan biarkan om lakukan apapun ke saya, tapi jangan kasar ya om!" Dibalas dengan bentakan, "Kalau kamu mau tahu tentang penyakit yang diinginkan orang-orang sebaiknya turuti om!" Tiba-tiba seorang pemuda masuk dan langsung bicara, "Kamu, gadis yang polos, akan memiliki cerita sedih yang tak terlupakan. Sebaiknya jangan kamu turuti om itu." Gadis itu melihat ke asal suara dan benar itu pemuda yang memiliki penyakit dan terlihat tidak sedih justru senang. Om itu bicara ke si pemuda, "Jangan rusak kesenangan om, wahai anak muda." Pemuda itu menjawab, "Anda tidak bisa memanfaatkan kekurangan saya untuk mendapatkan keinginan om dan merugikan orang lain. Saya akan melaporkannya ke kepolisian!" Kemudian si om itu mengancam si pemuda, "Jika kamu melakukan itu maka om akan menghabisimu!" Si pemuda dengan santainya mengeluarkan air minum teh hangatnya kemudian duduk di meja lalu berucap, "Saat masuk, wajah om sudah saya rekam dan rekaman itu sudah saya kirimkan ke teman saya. Jika saya ditemukan tewas maka teman saya akan laporkan om. Lalu polisi akan mencari om di manapun berada dan menghukum mati om." Om itu terlihat takut lalu mulai memujuk si pemuda, "Lihat gadis ini, dia cantik. Kita bisa menikmatinya bersama." Si pemuda itu lalu mengancam balik si om, "Sebaiknya anda pergi, sebelum saya perintahkan teman saya mengirim video om!" Dengan kesal si om itu pergi sambil berucap, "Dasar anak muda, ingin menang sendiri dan bermaksud menikmati gadis itu sendirian saja." Pemuda itu mengeluarkan dua gelas. Satu di isi penuh dan satunya dibiarkan kosong. Si gadis yang penasaran lalu beranjak dari sofa dan mendekati si pemuda lalu duduk di kursi kosong berhadapan ke meja yang sama dengan si pemuda. Gadis bicara, "Kamu menularkan penyakitmu padaku? Aku akan lakukan apapun maumu." Si pemuda itu menjawab, "Cukup menggoda. Sayangnya penyakit kanker usia ini tidak bisa ditularkan." Si gadis itu bicara memohon, "Aku menginginkan penyakitmu yang membuat tubuh dan penampilanmu terlihat terus seperti diusia 25 tahun padahal kamu sudah berumur 50 tahun." Dan si pemuda tersenyum, "Aku mengidap penyakit ini saat berusia 25 tahun. Hingga sekarang tidak ada yang memiliki penyakit sepertiku. Aku satu-satunya." Si gadis terdiam, dia terlihat kesal dan ketika ingin meminum gelas terisi air teh hangat yang penuh, si pemuda merebutnya. Lalu menuangkan setengah isinya ke gelas yang kosong. Kemudian meletakan kembali gelas tadi di depan si gadis sambil berucap, "Jangan mau menerima minuman dari orang asing. Pastikan dulu itu aman." Si gadis terlihat kagum ketika si pemuda meminum duluan air teh yang sama itu di gelas yang dituangkannya. Hingga tersisa sedikit. Si gadis lalu berucap, "Aku tahu kenapa kamu dikutuk jadi awet muda selalu. Itu karena kamu selalu menghormati perempuan." Kali ini si pemuda yang terdiam dan si gadis mulai meminum air teh hangat yang di depannya. Si gadia lalu berucap, "Air teh ini menenangkanku dari kesedihanku saat mengetahui penyakit kamu tidak bisa ditularkan. Tapi aku tetap mengagumimu. Karena tidak mau memanfaafkan kesempatan untuk menikmatiku dan kamu juga memastikan minuman yang kamu berikan bukanlah obat tidur." Kali ini si pemuda tersenyum. Dan senyuman si pemuda tiba-tiba menghilang ketika si gadis berucap, "Jadi, aku ingin selalu ada di dekatmu. Mungkin itu akan menularkan penyakitmu ke aku. Karena selama ini kamu selalu sendiri." Si pemuda beranjak dari tempat duduknya dan segera ingin pergi. Si gadis dengan cepat berteriak, "Aku ingin menemanimu agar kamu tidak lagi kesepian..." Si pemuda terdiam saat berada di muka pintu, dia lalu berucap, "Kita baru bertemu, dan kamu cuma tahu aku dari kata orang. Aku juga tahu tentang kamu di sini dari kata orang. Sebaiknya jangan kamu biarkan orang asing memasuki rumahmu. Karena kamu cuma tinggal sendiri di sini." Denhan cepat si gadis berucap, "Oleh karena itu, aku ingin berteman denganmu. Karena aku juga kesepian sama sepertimu dan kita bisa saling mengenal langsung." Si pemuda tanpa ekspresi menjawab sambil pergi, "Lakukan saja yang kamu mau." Si gadis tersenyum lalu berlari mendekati si pemuda dan mereka berjalan bersama. Semenjak itu si gadis menjadi sahabat setia si pemuda itu. Selesai
17 Puisi tentang Bencana Alam Paling Sedih. Puisi Tentang Bencana Alam - Bencana adalah salah satu fenomena alam yang sudah pasti menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi materi, kerusakan hingga melayangnya nyawa banyak orang. Jenis-jenis bencana alam pun juga beraneka ragam, dan notabene ditakuti semua orang, sebut saja seperti bencana
Cerpen Karangan Ribka SepatiaKategori Cerpen Cinta, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 13 June 2013 Pagi ini aku berangkat sekolah di antar oleh kakakku karena papa tidak sempat mengantarku, ada urusan mendadak. Keluargaku sangat mengasihiku kami hidup sangat rukun dan berkecukupan, rumahku penuh canda dan tawa. Sesampai di sekolah, aku mencium tangan kakakku dan berkata “doakan belajarku hari ini ya kak”, kakakku membalas dengan senyuman lalu aku pun berjalan menuju kelasku. Kegiatan proses belajar-mengajar pun di mulai, hingga hampir jam pulang pun tiba keadaanku masih baik-baik saja. Dan ketika bell pulang pun berbunyi aku keluar menusuri jalan tapi kali ini ada rasa aneh di kepalaku, aku merasakan sangat sakit hingga aku tidak tahan lagi dan duduk mencari tempat yang sepi. Setelah duduk beberapa saat kepalaku sudah tidak sakit lagi dan aku pun melanjutkan jalanku ketika itu mungkin haris melihatku dan menghampiriku, lalu berkata “tumben pulangnya lama cha?, gak di jemput papanya”, “papaku lagi sibuk jadi enggak sempat jemput ntar lagi juga kakakku mungkin datang” balasku sambil senyum biasa, “ayo aku antar pulang aja, kasian kamu sendiri disini” kata haris menawarkan. Awalnya aku menolak tapi haris terus memohon sehingga membuat aku mau. Sesampainya di depan rumah aku turun lalu berkata “gak mau masuk dulu ris”, “lain kali aja cha lagian sudah mendung nii” kata haris dengan lembut, “oh ia deh, aku masuk dulu ya” kataku lalu masuk ke dalam rumah, sesampai di rumah mama melihatku dan berkata “Kak dienya mana cha bukannya tadi dia yang jemput ya”, “cha di antar teman ma” kataku setelah itu kak die pun muncul dan melihatku lalu berkata “loo, di antar siapa cha tadi kakak jemput tapi sudah gak ada lagi di sekolah” saat kak die bicara sakit di kepalaku mulai berasa lagi lalu aku berjalan menuju kamarku sambil berkata “tadi diantar teman”. Sampai di kamar aku meletakkan tasku dan mencari obat sakit kepala, setelah minum obat sakit kepalaku hilang aku tidak ada rasa curiga di saat itu. Mungkin karena aku tadi ujian makanya kepalaku agak sedikit pusing. Besok paginya saat aku terbangun dari tidurku aku merasakan sakit kepalaku timbul lagi tapi aku tidak menghiraukan rasa sakit itu, aku bersiap-siap menuju sekolah dan di antar kakakku lagi. Turun dari motor aku hendak menyalam tangan kakakku tapi sakit itu muncul lagi hampir membuatku jatuh tapi untung kakakku langsung menangkapku dan berkata “kamu kenapa cha?, gak lagi sakit kan”, aku menatap kakakku dan berkata “gak pa-pa kok kak mungkin ini Cuma sakit kepala biasa” lalu aku berjalan menuju kelas. Saat PBM di mulai aku juga mulai merasakan sakit yang menjadi di kepalaku hingga membuatku jatuh pingsan. Dan saat aku terbangun aku sudah berada di dalam ruang UKS sekolah ternyata yang menggendong aku ke ruang UKS ini Haris teman sekelasku. Setelah beberapa menit kakakku pun datang menjemputku dan membawaku pulang, sampai di rumah aku melihat mama sangat khawatir dan langsung memelukku sambil berkata “kenapa Cha?, sakit kok gak bilang mama” aku melihat raut wajah mama yang sangat khawatir akan keadaanku lalu aku berkata “Cha gak pa-pa kok ma mungkin Cuma kecapean aja dan butuh istirahat” aku pun di antar mama kekamarku lalu aku tidur. Paginya aku sudah merasakan agak baikan dan mama datang ke kamarku lalu berkata dengan raut wajah khawatir “kalo belum sanggup sekolah gak usah di paksakan ya cha” lalu aku tersenyum dan berkata kepada mama “sudah agak mendingan kok ma, lagian hari ini cha ada ujian”. Mendengar itu mama keluar dari kamar dan aku pun bergegas untuk pergi sekolah. Kakakku mengantarku ke sekolah dan hari ini aku benar-benar merasakan lebih baik. Hari ini kami ada ujian dan saat PBM berlangsung pun aku sudah tidak merasakan sakit apa-apa lagi. Dan sepulang sekolah terlihat kak die sudah menungguku lalu kami pun pulang ke rumah, sepulang sekolah aku membantu mama masak semur kesukaanku untuk makan malam dan setelah makan malam selesai aku beranjak ke kamarku dan belajar dan aku tertidur. Pagi ini aku merasa sakit kepalaku kambuh lagi dan saat itu keluar darah dari hidungku dan aku sangat takut saat itu tapi setelah beberapa menit darahnya pun berhenti lalu aku bergegas mandi saat sarapan aku tidak cerita apa-apa sama mama dan kak die karena aku gak mau buat mereka khawatir dan setelah sarapan aku berangkat sekolah dan di sekolah sampai istirahat pertama keadaanku baik-baik aja tapi setelah istirahat kedua darah itu mulai keluar dan teman sebangkuku melihat itu lalu berkata “kamu kenapa cha?, kok keluar darah dari hidungmu” aku mencoba menutupi hidungku dengan tissue dan berkata kepada elsa “aku gak apa-apa kok sa, ini Cuma mimisan biasa kok” lalu aku pergi ke kamar mandi dan elsa mulai curiga dan khwatir denganku. Beberapa lama di kamar mandi aku mulai merasa pusing, darah itu tak kunjung berhenti dan ketika aku hampir pingsan elsa datang bersama haris dan saat itu juga haris menahanku agar tidak jatuh ke lantai dan mereka membawaku pulang ke rumah. Saat aku sadarkan diri aku melihat begitu banyak orang di sekelilingku yaitu mama, papa, kak die, haris dan elsa, lalu aku berkata dengan suara lemah “kapan papa pulang dari Australia?, kok gak kabarin cha, papa bawa apa untuk cha” ketika itu papa langsung memelukku dan berkata “adek cha sakit apa? kok bisa sampe pingsan, papa langsung pulang sesudah mamamu telpon papa dan bilang kamu sakit” aku sedikit mengeluarkan senyuman kepada papa agar dia tidak begitu khawatir dan berkata “cha gak pa-pa kok pa, cha cuma mimisan karena mungkin cha kecapean belajar” . Setelah itu haris dan elsa pun pamit pulang, “om, tan, kak kami permisi pulang dulu ya kak” kata haris lalu setelah itu elsa pun berbisik ke telingaku “cepat sembuh ya cha” lalu memberikan senyuman kepadaku. Kak die pun mengantar haris dan elsa ke depan rumah, mama dan papa terus menjagaiku saat itu lalu aku pun berkata “Cha cuma butuh istirahat kok ma, pa”. Mama dan papa pun meninggalkanku tertidur lelap di kamar tapi sebenarnya aku tidak tidur melainkan hanya ingin membuat mama dan papa tidak perlu begitu menjagaiku. Di luar kamarku aku mendengar percakapan antara mama dan papa. “Pa, Anak kita gak kenapa-napa kan pa?” kata mama dengan suara sedih “mungkin yang dikatakan Cha benar ma, dia Cuma butuh istirahat sebentar” kata papa berusaha menenangkan mama Saat itu aku hanya mampu menangis, aku juga takut akan terjadi sesuatu padaku karena selama ini aku gak pernah sakit seperti ini apalagi sampai mimisan. Aku cuma bisa berharap ini bukan sakit parah, aku berusaha menenangkan pikiran dan perasaanku dan akhirnya aku tertidur. beberapa jam kemudian aku tiba-tiba terbangun dari tidurku karena ada yang masuk kamarku dan ternyata itu mama, dia membawakan makan malam untukku dan menyuapiku. Rasanya cuma waktu kecil aku disuapin mama tapi kali ini dia menyuapiku lagi di tambah aku melihat begitu besar rasa ke khawatiran di matanya dan setelah selesai makan malam mama keluar dan menutup kamarku aku pun tidur kembali. Malam ini aku bermimpi bertemu nenek di sebuah tempat yang sangat indah, aku sangat suka tempat itu, tempat itu sangat indah, banyak bunga disana, udaranya juga sangat segar. Nenek terus mengajakku bercerita dan nenek juga mengajak aku untuk tinggal bersamanya di tempat itu tapi aku menolak, aku bilang “Cha masih ingin lama-lama sama mama, papa dan kak die nek” lalu nenek terdiam dan seketika itu aku terbangun karena mama datang membangunkanku. Aku merasa sangat aneh dengan mimpi itu karena sebelumnya aku gak pernah mimpi seperti itu apalagi bertemu nenek tapi aku tidak menceritakan itu pada mama karena tidak ingin membuatnya semakin khawatir. Aku pun berusaha kuat dan tegar di depan mama dan beranjak ke kamar mandi tapi saat aku keramas aku melihat begitu banyak rambutku yang rontok dan aku semakin takut. Aku takut aku bakal benar-benar meninggalkan mama, papa dan kak die. Aku pun berusaha bersikap seperti biasa di depan mereka saat kami sarapan, aku gak akan menceritakan apapun pada mereka. Dan hari ini aku berangkat sekolah di antar papa lagi, di kelas semua teman-teman menanyakan kabarku tapi tidak dengan haris, dia hanya melihatku saja dan terlihat wajahnya sangat cemas. Haris entah mengapa dia hadir di saat aku sakit seperti ini dan entah mengapa dia yang selalu menolongku. Hari itu di jam terakhir guru kami tidak masuk dan seperti biasa aku membawa buku dan belajar di bawah pohon di sekolahku, saat sedang asik tiba-tiba Haris muncul ke hadapanku dan menawarkan sebuah senyuman kepadaku saat itu lalu duduk di sampingku. Beberapa saat kami hanya diam-diam saja tapi saat aku hendak bicara dia juga bicara sehingga terjadilah percakapan di antara kami berdua Haris Ehh, Cha aja yang ngomong duluan. Aku Gak usah, haris aja dulu. Haris Enggak Cha aja dulu soalnya kayaknya penting. Aku Emm, ya sudah deh, Cha Cuma mau ngucapin makasih sama haris karena sudah selalu bantuin Cha selama Cha sakit, tapi gimana ceritanya sih kok kemaren waktu aku mau pingsan di Kamar mandi, haris dan elsa bisa datang bersamaan? Haris Elsa yang mengajakku ke kamar mandi karena dia khawatir kamu kenapa-napa soalnya elsa kamu udah pergi begitu lama ke kamar mandi jadi dia curiga. Aku Oohh, aku kirain kalian gak janjian. Haris Oh ya Cha ada yang mau aku Tanya sama kamu, sebenarnya kamu sakit apa sih? Aku Aku gak kenapa-napa kok ris mungkin kemaren itu kecapean aja buktinya sekarang aku udah baik-baik aja kok. Haris Cha ada yang mau aku bilang sama kamu. Aku Apa ris? kok kayaknya penting banget, hehehe Haris Aku tu suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku? Aku Maaf ya ris, aku belum bisa jawab sekarang. Ketika itu aku langsung pergi meninggalkan haris dan bell pun berbunyi. Aku mengambil tas ke kelas dan pulang, beberapa menit kemudian papaku datang menjemputku. Di dalam mobil aku merasa penyakit itu datang lagi dan sampai di depan pintu hendak membuka pintu tanpa sadar aku jatuh pingsan. Terbangun dari pingsan ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Mama memelukku dan berkata sambil menangis pilu “kok adek sakit gak bilang mama sih cha?, udah gak sayang lagi ya sama mama”, “enggak kok ma, adek cuman gak mau buat mama repot” kataku sambil tersenyum. Lalu dokter masuk ke ruangku dan berbisik kepada papa hingga mereka pun keluar. Saat papa masuk, mama langsung mendekati papa dan papa mengajak mama keluar lagi, aku pun semakin bingung, apa yang terjadi padaku, apakah penyakitku ini parah. Ketika mama masuk dan mendekati tempat tidurku, aku langsung bertanya “Cha sakit apa sih ma? Kok Cha ngerasain sakit banget”, mama menangis dan memelukku lagi dan berkata dengan suara pelan “sebenarnya adek kena penyakit kanker otak stadium 5”. Seketika itu aku merasakan bahwa aku gak akan hidup lama lagi, aku benar-benar akan meninggalkan mama, papa dan kak die. Tuhan inikah akhir dari hidupku kataku dalam hati. Tapi aku berusaha tegar saat mendengar itu, aku masih mampu tersenyum kepada mereka. Ruang itu menjadi sangat sunyi senyap, hanya ada tangis dan air mata tapi aku berkata “look ok pada nangis sih, adek gak pa-pa kok ma, pa, kak die ntar juga bakal sembuh, hapus dong air matanya” mereka memelukku dengan sangat erat. Aku tau betapa sedihnya mereka tapi aku lebih sedih, aku yang merasakan sakit ini. Karena keadaanku yang semakin menurun dan parah maka aku tidak mungkin lagi bersekolah, aku harus rawat inap di rumah sakit, setelah 2 hari di rawat haris, elsa, dan kawan-kawan kelasku pun datang menjengukku. Mereka semua menangis dan memelukku satu per satu setelah mengetahui penyakitku, apalagi haris sampai-sampai dia tidak sanggup berkata-kata lagi. Hari ketiga di rumah sakit aku merasakan keadaanku semakin menurun, aku hanya dapat berdoa kepada Tuhan agar penyakit ini diangkatkan. Makin hari kepalaku semakin sakit dan rambutku pun semakin rontok dan sekarang aku sudah botak. Tuhan mengapa ini terjadi padaku, apa salahku Tuhan, aku gak sanggup melihat mereka menangis lagi. Akhirnya rumah sakit mengusulkan untuk mengobatiku di Penang, Malaysia tapi ternyata disana pun hanya sedikit harapan aku dapat sembuh, mereka tidak mampu mengobatiku hanya mampu mengurangi rasa sakit penyakitku. Mama dan papa sangat berusaha untuk mengobatiku, mereka mencari rumah sakit mana yang mampu mengobatiku tapi ketika mereka menemukan rumah sakit itu dan hendak mengajakku, aku menolak untuk di bawa kesana. Aku cuma minta di bawa pulang ke Indonesia dan berada di rumah saja karena aku merasakan waktuku gak lama lagi. Dengan terpaksa mereka menuruti keinginanku dan kami kembali ke Indonesia, di rumah ada seorang suster dari rumah sakit yang merawatku. Berada di rumah bersama mama, papa, dan kak die sudah sangat mengurangi sakitku walaupun aku sering mendengar tangis mereka di belakangku. Mengetahui aku sudah berada di rumah, haris sangat sering mengunjungiku dan menyemangatiku. Dia sangat perhatian padaku tapi sayang kami tak mungkin bersama. Hampir satu bulan keadaanku semakin memburuk dan sekarang untuk berjalan pun aku sudah tidak mampu lagi, apalagi untuk berbicara. Mama selalu mendoakanku tapi mungkin Tuhan berkehendak lain. Malam itu aku sedang menulis 2 surat, 1 untuk keluargaku dan 1 lagi untuk Haris. Isi suratku untuk keluargaku “Hei, mama, papa dan kak die aku udah senang lo disini, mungkin saat membaca surat ini Cha udah gak bisa lagi bicara, meluk dan melihat kalian tapi percayalah Cha udah bahagia disini, oia Cha disini bareng nenekku lo ma, pa, kak die. Dulu juga sebelum Cha sakit, Cha mimpi bertemu nenek dan nenek mengajak Cha tinggal bersamanya. Tapi Cha kemaren gak mau cerita soalnya Cha gak mau buat kalian khawatir. Kalian jangan sedih ya, Cha udah senang kok disini. Selamat tinggal ya. Salam Ananda Richa.” Dan isi suratku untuk Haris “Hai haris, sebelumnya Cha ucapin makasih ya, Haris selalu ada saat Cha sakit. Sebenarnya Cha juga sayang sama Haris tapi saat Haris nyatain perasaan Haris sama Cha. Cha udah ngerasa Cha itu udah sakit makanya Cha gak bisa jawab waktu itu. Haris itu pria yang baik, pasti ada banyak cewek yang lebih baik dari Cha mau sama Haris. Haris baik-baik ya. Mungkin kita gak akan bertemu. Cha bahagia disini. Salam Richa. Mungkin saat aku pergi dan setelah aku pergi surat itu sudah sampai di tangan mereka. Mudah-mudahan mereka dapat menerima kepergianku. Cha sayang mereka semua. Cerpen Karangan Ribka Sepatia Facebook Ribka Sepatia Nama Ribka Sepatia Alamat Berastagi Cerpen Penyakit Ini Akhir Hidupku merupakan cerita pendek karangan Ribka Sepatia, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Amerta Tidak Terlupakan Oleh Nur Endah Dwi Apriyani Jam sudah menunjukkan pukul WIB, di mana Anya dan teman-temannya mulai berhamburan keluar kelas. Yups, Anya merupakan siswi SMA Nusantara yang memakai sistem fullday school. Seperti biasa, di Mempunyai Adik Baru Oleh Nabila Azahro Hai namaku Nabilah Azahro, cukup panggil Aza saja. Aku bersekolah di Min Pelaihari. Pada hari Senin Tanggal 20 juni 2016 pada jam 4 subuh terdengar suara orang menangis, pada Hai Namaku Aline Hal Buruk yang Indah Part 2 Oleh Nur Ma'izzatul Akmal Beberapa jam kemudian. Aku menguap, badanku terasa lebih ringan dari beberapa saat sebelumnya. Sesaat, aku tak ingat apapun, satu-satunya hal yang kuyakini adalah aku berada di ruang yang berbeda. Malaikat Kecil Tak Bersayap Oleh Fuji Paujia Pahmawati Jia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia merupaakan buah hati dari keluarga Wijaya dan Maria. Jia lahir di Puncak Situ yang sampai sekarang menjadi tempat Senyum Seindah Pelangi Oleh Faline Honey Semuanya seperti deja vu. Masih terukir dengan jelas di benakku, tentang hari itu. Di saat butiran-butiran air berjatuhan dari langit. Petir pun seolah tak mau kalah meramaikan suasana dengan “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Untukmencari makna kata pada sebuah teks cerpen, dapat dilakukan melalui pencarian pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "langut" memiliki makna "merasa rindu (sedih, kasih, dan sebagainya)", sedangkan kata "kemelut" memiliki makna "keadaan yang berbahaya (tentang menderita penyakit, terutama
Cerpen Sedih Tentang Penyakit Jantung 7 Mei 2023pendidikan1 Tampilan PengenalanPenyakit jantung adalah salah satu penyakit yang paling umum di dunia. Ini adalah penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Penyakit jantung dapat mempengaruhi siapa saja, tidak peduli usia atau jenis kelamin. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit jantung, termasuk gaya hidup yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, dan Tentang Penyakit JantungCerita ini bercerita tentang seorang wanita yang menderita penyakit jantung. Namanya adalah Maya. Maya adalah seorang ibu dari dua anak yang berusia 40 tahun. Dia selalu mengabaikan gejala-gejala yang mungkin menunjukkan bahwa dia memiliki masalah hari, Maya merasa sangat lelah dan sulit bernapas. Dia pergi ke dokter dan diberitahu bahwa dia menderita penyakit jantung. Dia sangat terkejut dan tidak bisa mempercayainya. Dokter memberitahunya bahwa dia harus segera menjalani operasi sangat takut menjalani operasi jantung. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa anak-anaknya. Dia merasa sangat sedih dan khawatir tentang masa MayaMaya memutuskan untuk menjalani operasi jantung. Dia tahu bahwa dia harus melakukannya untuk bisa bertahan hidup dan melihat anak-anaknya tumbuh dewasa. Operasi jantung berjalan lancar, tetapi proses pemulihan sangat sulit bagi harus menjalani rehabilitasi jantung dan mengubah gaya hidupnya. Maya harus berhenti merokok, mengubah pola makan, dan mulai melakukan olahraga ringan. Semua perubahan ini sangat sulit bagi Maya, tetapi dia berjuang keras untuk MayaMaya mengalami banyak kesulitan selama proses pemulihan. Dia merasa sangat lelah dan sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dia juga mengalami masalah emosional karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu merasa sangat kesepian dan terisolasi. Dia merasa bahwa tidak ada yang bisa memahami apa yang dia alami. Dia merasa sangat sedih dan putus MayaNamun, Maya bertahan. Dia terus berjuang dan perlahan-lahan mulai merasa lebih baik. Dia mulai merasa lebih kuat dan energik. Dia mulai merasa lebih bahagia dan optimis tentang masa juga menemukan dukungan dari keluarganya dan anggota kelompok rehabilitasi jantung. Mereka membantunya melewati masa sulit dan memberikan dukungan emosional yang sangat MoralKisah Maya menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesehatan jantung. Penyakit jantung dapat mempengaruhi siapa saja, tidak peduli usia atau jenis kelamin. Oleh karena itu, kita harus selalu memperhatikan kesehatan jantung kita dengan menjalani gaya hidup sehat, melakukan olahraga, dan menghindari kebiasaan yang tidak jantung adalah masalah serius yang harus diperhatikan oleh semua orang. Kisah Maya menunjukkan betapa sulitnya menjalani hidup dengan penyakit jantung. Namun, dengan dukungan keluarga dan perubahan gaya hidup yang sehat, kita dapat bertahan dan hidup bahagia dan sehat. Oleh karena itu, mari kita semua berusaha menjaga kesehatan jantung kita dan hidup dengan gaya hidup Cerpen Sedih Tentang Penyakit Jantung© Copyright 2023
CERPEN Untung-Surapati. 30 August 2020 23:55:51 WIB. Penulis: Redaksi Solopos | Editor: Damar Sri Prakoso. SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi. Pada awal tahun 70-an, di Jawa sebelah selatan, hidup seorang peternak miskin bernama Surapati. Ayah dan ibunya meninggal ketika usianya menginjak 17 tahun, dan meninggalkan untuknya sedikit 1HIDDEN PAIN [END]oleh 🍃Dari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] Highest Rank 1 in Anaksma [1... 2Transmigration Perubahanoleh babyzloraFiguran? Ah yang benar saja. Anandhira Azahra harus mati karena jatuh dari tangga, dan parahnya ia tidak masuk surga atau neraka gadis ini justru memasuki raga seorang F... 3TURTLE Endoleh ByKura-kura itu hidup nya dapat 100 tahun lebih lama, tidak langka dan banyak jenis nya. Alea ingin seperti kura-kura hidup lebih dari 1 abad. Panjang umur biar bisa tumbu... 5The Secret Shila [END]oleh 🦋[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN INFO TENTANG CERITA INI] ____ "Sebuah rahasia yang berakhir duka." ____ Ini kisah tentang Shila Nashyta Winata... 8DIO or GIOoleh Fino Idapa jadinya seseorang yang terkenal dingin dan kejam, Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang anak yang terlahir dengan di beri penyakit yang membuat dia harus menderita... 9ANGKASA ENDoleh sisca damayantiSelamat membaca cerita Angkasa dan Raisa❤❤ Bercerita tentang. Angkasa Saputra Wiratama. Murid laki-laki paling berpengaruh di SMA Merah Putih. Selain karena seorang anak... 11Goresan ARABBELoleh buah berry"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya... 13FERO On Goingoleh fer. agah nugrahaFero dengan segala luka nya. Ga bisa nulis deskripsi cerita. Penasaran? Tinggal baca GRATIS. Asal VOTE *osteosarcoma *bunda *daddy *anak tengah *di abaikan 1 "KANK... 15Minggu terakhiroleh FaniraP"Karena kamu memang pengen aku menghilang, baiklah, aku akan menghilang. Tapi aku minta satu syarat." "Biarkan ini jadi Minggu terakhir aku bersamamu. Dan... 16Story Zoyaoleh njuaZiya dan Zoya adalah seorang kakak beradik yg diperlakukan berbeda oleh orangtuanya. Ziya Exelyn Alatas adalah putri pertama ayah Adnan Farris Alatas dan bunda Elmira M... 17COMPLICATED FEELINGS [ON GOING]oleh taca[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA] Keyna Slavionna Gherson, gadis yang selalu di jadikan ratu oleh sang kekasih. Selama 2 tahun m... 18S E N J A [END]oleh Meir TsabitaFollow dulu author nya! PLAGIAT DI HARAP MENJAUH‼⚠❗❗ _________________________________ Athena Senja Maharani nama indah orang nya pun indah. Senyum yang menawan dapat me... 20Maura and Fiction Worldoleh RadinaMaura Astara, adalah gadis remaja yang gemar membaca cerita fiksi. Memiliki kehidupan normal layaknya remaja lainnya, hanya kurang beruntung di kisah percintaan saja, ka... BAGAIMANAMASA DEPAN KITA. Di suatu sore ada seorang anak kecil sedang berjalan-jalan di taman. Di saat sedang asyik-asyiknya menikmati indahnya keasrian rimbunnya pepohonan dan semilirnya angin sepoi-sepoi, langkahnya terhenti karena matanya tertangkap tingkah seorang bapak-bapak yang sedang melamun dengan tatapan mata yang kosong. Cerpen Karangan Sifa Nur FauziahKategori Cerpen Anak, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 26 May 2014 “Mah, Pah kenapa aku sering mimisan, pusing dan pingsan.” Tanyaku kepada orangtuaku. “mah, pah cerita sama aku, apakah aku mempunyai penyakit kanker?!” tanyaku lagi kepada orangtuaku. Mamaku dan papaku tersontak kaget mendengar ucapan ku. “Kamu hanya kecapean sayang”. ucap mamaku sambil menahan air matanya. “Kata mamah kamu benar sayang, kamu hanya kecapean”. sambung papaku sambil menahan air matanya. Mama dan papaku mencoba menenangkan aku yang tiba tiba menangis histeris. “Hiks… hiks… Ya sudah kalau mamah dan papah enggak mau cerita sama aku”. Ucapku, sambil melepaskan pelukan mereka dengan pelan, dan beranjak pergi ke kamar. “Maafkan mamah sayang, mamah enggak mau cerita sama kamu karena mamah khawatir sama kamu, mamah takut sampai kamu kepikiran terus”. Batin mamahku. Di kamar aku hanya diam merenung, tiba tiba pikiran ku punya ide, segera aku ambil ipad ku yang ada di meja belajar ku, dan aku mencari di Google “penyebab penyakit kanker” aku memilih salah satu dari pilihan Google. “HAH!!!, ternyata aku berpenyakit kanker”, TES… Air mata ku jatuh satu per satu dan menjadi deras. “kenapa mamah dan papah enggak mau cerita sama aku tentang penyakit ini Aaaa!!!”. aku menjerit sekeras kerasnya, dan aku menyimpan ipad ku, dan aku mencoba menenagkan pikiranku dan akhirnya tertidur pulas. Keesokan harinya, aku seperti biasa beranjak ke kamar mandi dan segera berangkat ke sekolah, tak lupa aku meminta izin kepada orangtua ku ya… meskipun mereka membuat aku kecewa. Sampai di sekolah, dan masuk kelas, aku bertemu sahabat ku yang bernama, Claudia, cindy, angel dan Catty. “Hello Pagi Guys”. Sapaku kepada sahabatku, dan tak lupa aku memberi senyuman kepada mereka. “Pagi juga Fayna”. Sapa mereka kepadaku. “Oh iya fay, entar anterin aku ke perpustakaan yuk!” Ucap claudia. “iya aku pasti anterin kamu ke perpustakaan”. Ucapku sambil tersenyum. “jadi fayna saja yang di ajak”. Ucap cindy, angel dan catty. “hahhaha enggak kok kalian juga aku ajak ke perpustakaan ya enggak fay”. “iya dong” Ucapku Kepada Sahabatku. TIBA TIBA!! TES!… Jatuhlah darah segar yang mengalir di hidungku, cepat cepat aku membuka tas dan mengambil sapu tangan, untung aku membawanya. “Kambuh lagi”. Ucapku. “hmmm… aku.. aku ke toilet dulu ya”. Ucapku dengan nada gugup. “Perlu aku antar?”.ucap cindy dan sahabatku yang lainnya. “hmm terima kasih aku buru buru bye” ucapku sambil pergi. Sahabatku hanya heran melihatku, dan sebenarnya, sahabat aku ini tidak tahu aku mempunyai penyakit mematikan ini, hanya Allah, aku dan kedua orangtuaku. Sampai di toilet aku segera membersihkan hidungku terlebih dahulu, setelah itu aku membersihkan sapu tanganku yang penuh dengan darah. “nah udah selesai”. Ucapku sambil bercermin sebentar, dan berlalu keluar toilet, aku berjalan santai di koridor sekolah, TET! TET! TET! bel pun berbunyi, itu tandanya jam ke 1 sudah dimulai. Di depan kelas “Aduh!! fayna kemana lama banget ke toiletnya, malah jam pelajaran ke 1 sudah di mulai lagi” ucap claudia yang begitu cemas keadaanku. “iya nih! lama banget!” sambung cindy, angel dan catty. Oh TIDAK! pelajaran jam ke 1 sudah dimulai, aku berlari secepatnya, sampai di pintu kelas. “Haduh mampus nih!, udah ada ibu yetinya lagi”. Ucapku dengan nafas tak beraturan, aku hanya pasrah dan mengetok pintu kelasku. “Permisi…” Ucapku. Semua teman dan sahabatku menengok ke arahku terutama ibu yeti. “fayna kamu kemana saja, kamu sudah terlambat 15 menit yang lalu!” Ucap ibu yeti agak sedikit membentak. “maaf bu saya tadi dari toilet” ucapku sambil menundukan kepalaku, dan tiba tiba aku merasa pusing sekali, aku hanya menhan rasa sakit ini. “huft… Ya sudah ibu maafkan lain kali kamu jangan mengulangi nya lagi ya”. Ucap ibu yeti kepadaku. “iya bu terima kasih” ucapku sambil masuk ke dalam. TIBA-TIBA!… “BRUK”, aku terjatuh di lantai dan segera sahabatku dan bu yeti menghampiriku. “ASTAGFIRULLAH… Fayna!!”. Ucap Sahabatku bersamaan, dan langsung menghampriku. “Ada apa in..”. Ucap ibu yeti sambil menengok ke arahku. “Ya Allah!…”. Sambung ibu yeti kaget dan menghampiriku. “cepat kalian bawa fayna ke UKS, ibu akan Telpon Orangtuanya” ucap ibu yeti panik! menyuruh sahabatku membawa aku ke ruang UKS. Sampai di Ruang UKS disana sudah ada dokter, sahabatku, ibu yeti, dan kedua Orangtuaku. “engh…” aku meringis dan berusaha untuk melihat dengan jelas. “Aku ada dimana?”. Sambungku. “Kamu ada di Ruang UKS sayang”. Ucap mamahku dan papahku. “Iya benar fay kamu ada di Ruang UKS”. Sambung sahabatku. “kalau gitu saya permisi dulu”. ucap ibu yeti. “Iya Fay aku, cindy, angel dan catty ke kelas dulu ya, semoga cepat sembuh dah”. Ucap Sahabatku, sambil melambaikan tangan. “iya makasih, Dah..”. Ucapku. “Sayang mamah, papah, dan dokter rizky mau keluar sebentar ya, kamu istirahat saja di sini”. Ucap mamah ku sambil mencium keningku, dan berlalu pergi keluar dan diikuti oleh dokter rizky dan papa. “Iya mah”. Ucapku sambil tersenyum Sedangkan di luar ruangan UKS “Dokter gimana keadaan anak saya?” ucap mamah. “Iya dok keadaan anak saya gimana?”. Sambung papaku. “mmhh…. kankernya semakin parah, dan kira kira beberapa bulan lagi akan mamasuki stadium 2.” Ucap dokter. “Dokter boleh tahu anak saya mengalami penyakit kanker apa?.” Ucap Papaku. “Hiks… hiks.. iya dok anak saya mengalami penyakit kanker apa!”. Ucap mamahku yang sudah menangis deras. “Kanker Otak”. Ucap dokter rizky. “APA!!” ucap mama dan papaku. “Pah…. hiks… hiks..” ucap mamaku memeluk papahku. “yang sabar ya mah, kita terus berdoa kepada tuhan yang maha esa”. Ucap papaku sambil membalas pelukan mamah. “Iya benar kita hanya bisa berdoa kepada tuhan yang maha esa, oh iya anak bapak dan ibu, segera melakukan kemotrapi selama 2 bulan sekali, kalau begitu saya permisi banyak pasien yang harus saya periksa, permisi”. Ucap dokter rizky pamit kepada orangtuaku. “iya dok terima kasih, mari silahkan”. tanpa sengaja aku mendengar percakapan dokter rizky dan ke dua orangtuaku. “Ternyata… aku berpenyakit kanker otak, dan beberapa bulan lagi aku bakal memasuki stadium 2” ucapku sambil meneteskan air mata. Beberapa bulan kemudian penyakit kankerku ini memasuki stadium 2 aku selalu berobat jalan, dan selalu kemotrapi karena hari hari ini aku sering pingsan, dan mimisan. Mamaku menawarkanku untuk Home Schooling karena, mamaku khawatir dengan keaadaanku sekarang, tetapi aku menolak tawaran itu karena bagiku sekolah di luar lebih asik dibandingkan dengan di rumah, dan sahabat aku yang selalu support aku di sekolah maupun di luar sekolah. Keesokan paginya aku berangkat ke sekolah, mata yang sangat pucat di tambah dengan rasa sakit, padahal aku selalu minum obat tepat waktu, tapi, aku sampai di ruang makan mama bertanya padaku. “sayang kamu kenapa, kamu sudah makan, apa kamu belum makan obat?”. Ucap mamaku dengan sangat khawatir kepadaku. “mamah aku enggak apa-apa, aku sudah makan, aku sudah makan obat mamah”. Ucapku dengan penuh penekanan. “tapi kamu pucat sekali fay”. Ucap mamaku. “udah aku enggak apa-apa, oh iya papah kemana?” Ucapku tersenyum lalu bertanya kepada mamaku. “papah sudah berangkat, kamu diantar sama pak budi ya”. Ucap mamaku. “iya mah, ya sudah aku berangkat Assalamualaikum…”. Ucapku Sambil mencium tangan mamaku. “Waalaikumsalam… Hati-hati ya di jalan”. “iya mah”. Ucapku. Sampai di depan pintu TES… jatuhlah darah segar di hidungku, dan ada saat itu aku merasa pusing sekali. DAN… BRUK..!! aku terjatuh di lantai, mama ku segera membopongku masuk ke mobil, dan dibawa ke Rumah Sakit. Sampai di Rumah sakit aku ditangani oleh dokter rizky dan suster, dan mamaku hanya menunggu di ruang tunggu, dan meminta pak budi supir pribadi untuk ke sekolah aku, karena hari ini aku dikarenakan sakit. sampai pak budi di sekolahku dan memberi tahu kepada ibu yeti. “Permisi…” Ucap Pak budi sambil mengetok pintu kelas. “iya ada apa ya pak?.” Ucap ibu yeti. “begini bu non fayna sekarang tidak bisa mengikuti pelajaran dikarenakan sakit” Ucap pak budi. “oh iya pak”. Ucap ibu yeti. “HAH! fayna sakit!” Ucap sahabatku bersamaan. “sekarang dia ada dimana pak budi”. Ucap cindy, angel, catty dan Claudia. “di Rumah sakit kasih Bunda, ya sudah kalau gitu saya permisi… Mari”. Ucap pak budi berpamitan. “iya iya mari silahkan”. Ucap ibu yeti, “ya sudah anak anak kita lanjutkan lagi pelajaran. “iya bu…”. Ucap semua murid. Di sisi lain dokter pun keluar dengan wajah gelisah. “Dokter gimana keadaan anak saya?!”. Ucap mamaku khawatir. “ya sudah mari kita bicara di ruangan saya, di sini tidak enak untuk dibicarakan tentang privasi, mari bu…”. ucap dokter. “iya mari”. Ucap mamaku. Sampai di ruangan dokter rizky, dokter rizky pun memulai bicara. “begini bu anak ibu ini sangat cepat sekali memasuki kankernya”. Ucap dokter rizky. “memang sudah memasuki kanker stadium berapa?”. Ucap mamaku. “Stadium 3” singkat dokter rizky. “Ya Allah Seberat itu kah cobaan buat anak hamba-mu ini yang satu satu nya”. Ucap mamaku dalam hati. “Dokter tolong berikan yang terbaik buat anak saya dok saya mohon”. Ucap mamaku. “iya saya akan berusaha semaksimal mungkin”. Ucap dokter rizky. “Anak saya sudah sadar kan dok”. Ucap mamaku. “iya dia sudah sadar”. Ucap dokter rizky. “ya sudah saya, mau nengok anak saya permisi…”. ucap mamaku. “ya mari.. mari silahkan..” Ucap dokter rizky. Sampai itu mamahku memasuki ruanganku, mamaku tersenyum, aku pun membalasnya. “Sudah sadar sayang”. Ucap mamaku. “sudah mah, mah penyakitku tambah parah ya.. mamah bilang yang jujur sama fayna…”. Ucapku. “Kamu yang sabar ya nak, iya kamu memasuki stadium 3”. Ucap mamaku, dan meneteskan air mata. “DEGH Ya Allah ini cobaan berat bagiku, sahabatku, terutama kedua orangtuaku”. Ucapku dalam hati. Tiba tiba sahabatku datang “fayna kamu baik baik saja kan, aku khawatir dengan kondisimu”. Ucap claudia. “aku semua khawatir makannya kita datang kesini, untuk memastikan kondisimu baik atau tidak”. Ucap Sahabatku. “Iya aku enggak apa apa kok, kalian tenang saja”. Ucapku. “Aaaa… Aku salut sama kamu fayna”. Ucap sahabatku sambil memelukku, mamaku hanya tersenyum melihat aku dengan sahabatku. Beberapa hari kemudian rambutku sudah menipis dan itu artinya penyakitku ini akan lebih parah dari sebelumnya, aku hanya berbaring lemah di rumah sakit. Aku meminta kepada mamaku. “Mah.. tolong bawakan pulpen, kertas dan amplop ya… aku mohon”. Ucapku, nafasku mulai tak beraturan. Aku menulis di suratku Assalamualaikum….. hallo mamah, papah, dan sahabatku yang unyu unyu, pasti kalian membaca surat ini aku sudah tidak ada, makasih buat mamah dan papah sudah merawatku dari kecil hingga sekarang, makasih juga buat sahabatku yang unyu unyu sudah support aku, tanpa kalian aku ini bukan siapa siapa, makasih atas semuanya… 🙂 Wassalamualaikum… semua membaca surat itu… Nafasku sekarang tidak beraturan jantungku mulai sakit “hah.. hah… ha.. laila…” aku sudah menghembuskan nafas terakhirku.. mama, papa, dan sahabatku nangis histeris. jenazahku dikuburkan di dekat rumahku, aku hanya bisa melihat orangtuaku dan sahabatku dari kejauhan… TAMAT Cerpen Karangan Sifa Nur Fauziah Facebook Sifa Nur Fauziah Assalamualaikum…. Teman , hay perkenalkan nama aku sifa nur fauziah akrab di panggil sifa , aku bersekolah di smp negeri 1 ciranjang , hobby aku , menyanyi dan menulis cerpen , ini adalah cerpen pertama ku semoga kalian tertarik untuk membacanya. Follow Twitter sifanu18 Add Sifa Nur Fauziah Follow Sound Cloud Sifa Nur Fauziah -Salam Manis Sifa Nur Fauziah Cerpen Aku Berpenyakit Kanker merupakan cerita pendek karangan Sifa Nur Fauziah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Di Tengah Debu Dunia Oleh Agung Gunawan “Ah. tanggal 30 September” ujar Andi dalam hati sembari melirik kalender yang berada tepat di samping ibunya, ini berarti ia telah berada di tempat itu selama satu minggu tepat. Cinta Pertama Oleh Gian Lediny Bunyi burung yang berkicau begitu indah, ditambah lagi langit yang mendung menambah kan hawa yang sejuk di pagi ini… “Eh ra lo gak papa tuh ngeliatin doi lagi sama Dia Tidak Mau Difoto Oleh Maulida Hariati Di Fakultas aku punya seorang teman bernama Diana. Kami berteman sudah cukup lama. Dari awal masuk kuliah hingga semester 5 saat ini. Kami berteman sangat akrab, saking akrabnya kami Sahabat Lama Part 2 Oleh Abdil Arif Sambil menunggu pesanan datang, kami menyoroti cewek-cewek yang tengah asyik dengan dunia ngerumpinya masing-masing. Dan tak lama kemudian kopi hangat telah menuju kami, yang dibawah oleh pelayan bermata indah Produser Bom Oleh Muhammad Ananda Kautsar Tsar, merupakan seorang remaja laki-laki berumur 14 Tahun yang luar biasa. Apa Keluarbiasaannya? Yang paling hebat adalah ia mampu Menciptakan Bom Bulat dengan menjentikkan jari-jarinya, dan bom pun akan “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Berikutadalah beberapa hal yang dipercaya atau tidak tentang kisah nyata tentang percintaan yang mengharukan menurut situs mitospedia Informasi Ide Online "Comeback" Informasi Ide Online adalah Blog Lama yang kini comeback mengulas Cipto Junaedy Drama lain yang semakin membesarkan namanya adalah The Moon That Embraces the Sun (2012), My Love Cerpen Karangan AnitaAlfaKategori Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 3 March 2021 Sebaik apapun caramu berpamitan, perpisahan akan tetap menyakitkan’. Ingat satu kalimat itu sampai kamu benar-benar tahu definisi sakit yang sesungguhnya. Hidup ini ini penuh kejutan, kamu tidak akan bisa menebak sesuatu yang akan terjadi pada detik selanjutnya. “Resha kok nangis, kenapa?” Pria yang masih mengenakan setelan jas kantornya itu datang lalu berjongkok di depan gadis kecil yang sedang menangis sembari terduduk di lantai ruang tamu. “Echa jatuh, Pa.” adu anak berusia sekitar tujuh tahunan itu sembari terisak tangis. Pria yang disebut papa tersebut lantas tersenyum sembari mengusap air mata putrinya. “Masa gini aja kamu nangis sih?” “Tapi kan sakit, Pa. Echa nggak kuat.” Resha menunjukkan siku kanannya yang lecet. “Tuh, Pa. Siku Echa ada darahnya.” Pria berumur tiga puluhan itu meraih lengan anaknya kemudian membersihkan bercak darah yang ada pada lukanya. Resha merasa lebih membaik setelah papanya meniup lukanya berkali-kali. Seolah sihir, entah bagaimana bisa sakitnya langsung hilang begitu saja. “Tangan Resha masih sakit, nggak?” tanya pria itu. “Enggak sakit lagi, Pa.” “Tadi katanya sakit?” Resha bungkam menatap wajah lembut papanya. Dia bingung. Tadi sebelum papanya datang luka itu terasa sangat sakit sekali, karena itulah dia menangis. Tapi setelah papanya datang sakitnya benar-benar lenyap entah bagaimana bisa. Pria itu membantu Resha berdiri setelah itu membawanya duduk ke sofa. “Resha mau papa kasih tau nggak?” Resha mengangguk polos. “Mau,” “Luka itu sebenarnya nggak sakit. Saat kamu jatuh dan terluka maka otak kamu yang akan lebih dulu merespon. Jadi kalo Resha berpikir Resha kuat saat terjatuh, rasa sakit itu nggak akan pernah ada, Nak.” Resha tidak mengerti sama sekali dengan penjelasan papanya. Dia memiringkan kepalanya karena tidak paham. “Resha ngerti maksud papa?” Dengan polosnya Resha menggeleng pada papanya. “Echa nggak ngerti, Pa.” Pria itu terkekeh geli. Merasa gemas dengan putrinya lalu mencubit pipinya. “Maksud papa, kamu harus berpikir bahwa kamu itu orang yang kuat. Jadi saat kamu terjatuh, kamu tidak akan menangis karena luka apapun.” “Echa kan masih kecil, Pa.” “Iya, Resha memang masih kecil sekarang. Tapi Resha harus berlatih untuk tidak menangis saat terjatuh dan terluka. Resha nggak boleh nangis lagi ya kalau jatuh, masa luka kecil gitu aja nangis sih?” “Tapi Pa… rasanya emang beneran sakit. Papa kalau jadi Echa pasti nangis juga.” Lagi-lagi tingkah menggemaskan Resha mampu membuatnya terkekeh geli. Pria itu lalu meraih tubuh putrinya dan membawa dalam pangkuannya. “Resha tahu nggak, nanti saat kamu sudah dewasa, akan ada banyak luka yang lebih sakit dari ini. Tapi sebelum kamu merasakannya, papa mau Resha jadi anak yang kuat.” “Kenapa Echa harus kuat? Kan ada papa yang akan nolongin Echa kalo Echa jatuh lagi terus nangis.” kata Resha. “Kamu nggak bisa berharap lebih pada siapapun Resha, termasuk papa. Bagaimanapun juga nanti akan ada saatnya papa tidak bersama kamu lagi.” Resha mendongak memandang mata papanya yang tanpa sadar mengeluarkan sedikit air mata. Menyiratkan akan luka yang bahkan belum terjadi namun dapat dirasakan. Gadis kecil itu tampak bingung pada papanya. Kenapa? “Kok papa nangis sih? Papa kan nggak jatuh kayak Echa tadi, jadi papa nggak ngerasain sakit.” Pria itu mengusap wajahnya dengan punggung tangan, baru menyadari akan sesuatu yang seharusnya tidak ia tunjukkan di depan putrinya. Lalu sebisa mungkin dia kembali menunjukkan senyum lebar pada putrinya, menyembunyikan rapuh dalam dirinya. “Sakit nggak hanya disebabkan oleh jatuh. Resha harus tahu satu hal lagi, sakit paling dalam adalah kehilangan.” “Kemarin mainan Echa hilang, Pa. Tapi Echa nggak nangis kok, karena nggak ngerasain sakit.” cerita Resha dengan polosnya. “Resha belum paham. Nanti kalau kamu sudah dewasa kamu pasti paham, Nak. Mungkin hari ini papa masih bisa nolongin kamu saat kamu jatuh. Tapi untuk kedepannya papa nggak bisa janji.” “Kenapa?” “Karena ada saatnya nanti papa harus pergi. Dan kamu nggak boleh nangis ya saat waktu itu tiba.” “Papa pergi kemana? Echa mau ikut, Pa.” “Nggak bisa sayang.” “Kenapa? Echa kan pengin sama papa terus.” gadis itu menatap papanya dengan kecewa. “Kalau gitu Echa ingat pesan-pesan papa ya. Biar nanti kalo papa udah pergi, Echa bisa inget terus sama papa.” “Echa inget papa terus kok. Echa kan sayang sama papa.” “Kalau begitu janji sama papa, Echa nggak boleh nangis lagi karena alasan papaun. Pokoknya anak papa harus jadi orang yang kuat.” Pria itu menunjukkan jari kelingkingnya. “Echa janji nggak akan nangis lagi, Pa. Echa kan kuat.” gadis kecil itu menautkan jari kelingking mungilnya dengan jari papanya. Menunjukkan sebuah janji yang harus ia tepati sampai nanti. “Masa kuat? Tadi aja abis nangis.” gurau Pria itu membuat Resha kesal. “Ah, Papa! Echa tadi kan nggak sengaja nangisnya.” alasan Resha yang membuat pria itu lagi-lagi tersenyum gemas lalu mengangguk percaya. “Iyadeh papa percaya, anak papa emang kuat.” Resha tersenyum bangga pada papanya. Pria itu mengusap lembut rambut Resha sembari berkata “Inget pesen-pesen papa ya, Nak.” Resha hanya mengangguk polos. Dia tidak pernah mengira bahwa apa yang dikatakan papanya itu akan menyakitinya suatu hari nanti. Semenjak saat itu Resha benar-benar menepati janjinya untuk tidak menangis karena alasan apapun. Resha bahkan tak menangis sedikitpun meskipun dia terjatuh dari sepeda hingga kepalanya berdarah. 10 tahun kemudian… Hari ini, setelah sepuluh tahun lamanya, Resha baru sadar semua yang pernah dikatakan oleh papanya waktu itu. Resha mengerti bagaimana sakit yang sesungguhnya. Lebih sakit dari jatuh yang membuat sikunya berdarah kala itu. Lebih sakit dari semua sakit yang pernah dia rasakan. Dan hari ini untuk pertama kalinya dia mengingkari janjinya pada papa. Resha tak akan bisa berhenti menangis setelah ini. Kehilangan papa adalah mimpi terburuk yang selalu terasa nyata. Papa telah pergi meninggalkan Resha untuk selamanya. “Kenapa papa pergi ninggalin Resha? Resha udah nepatin janji, Pa. Tapi sekarang papa sendiri yang buat Resha ingkar janji. Papa yang buat Resha nangis.” perlahan suara isak tangisnya semakin jelas. Resha tak mungkin bisa tersenyum lagi setelah ini. “Resha ayo pulang. Mama tahu kamu belum bisa menerima ini. Tapi kamu harus belajar mengikhlaskan, Nak. Papa kamu akan sedih jika melihat kamu seperti ini.” Resha menatap mamanya sekilas, lalu beralih menatap kembali batu nisan yang terukir nama papanya disana. Dadanya sesak, tidak mudah menerima kenyataan yang bahkan dia sendiri tidak menginginkannya. “Papa nggak boleh pergi Ma! PAPA NGGAK BOLEH NINGGALIN RESHA! PAPA NGGAK BOLEH PERGI! Hiks! PAPAA!! Hiks!” Hari ini, di tempat terakhir papa. Resha menangis bukan karena luka, tapi rasa kehilangan yang sakitnya tak akan pernah bisa dipulihkan. Cerpen Karangan AnitaAlfa Blog / Facebook Tidak punya Anita Alfa, lahir pada 14 Desember 2004 di Tulungagung, Jawa Timur. Pelajar putih abu-abu yang hobby membaca dan menghayal. Akun ig anitaalfaa14, Wattpad AnitaAlfa. Buat kalian yang baca ini, cuma mau bilang AYO MENYERAH, NGAPAIN SEMANGAT’ haha. Cerpen Definisi Sakit merupakan cerita pendek karangan AnitaAlfa, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Pengalamanku Tentang Covid 19 Oleh Cintya Vidya Sasikirana Assalammualaikum semuanya. Namaku Cintya. Aku akan menceritakan pengalamanku tentang Covid 19. Suatu hari romo dalam bhs jawa artinya bapak sakit. Gejalanya adalah batuk berdahak, demam. Waktu itu bude Nanik, Pertemuan Terindah Oleh Alya Firdaus Kita bertemu melalui akun sosial media yang sedang booming pada saat itu. Dia menyapaku di pesan obrolan dengan kata-kata yang sering orang lain ucapkan ketika ingin berkenalan dengan lawan Mawar dan Vas Porselen Oleh Agata CW 1 Januari 2008 Aku mengayuh sepedaku dengan kencang tak peduli walau jalan ini curam. Hari ini untuk pertama kalinya aku pergi menonton film dengan Carissa, gadis yang aku sukai. Angel Oleh Selda Arifani Di sebuah sekolah SMA terdapat seorang cewek cantik yang menjadi primadona sekolah. Dia adalah Angel, yang kini duduk di bangku kelas XI. Dia adalah anak yang pintar, dan multitalent. Program Penurunan Berat Manja Oleh Ana Rifqi Jamil Melihat aksi tanteku yang lagi sibuk kejar-kejaran dengan Ifha, putrinya yang kelas dua SD, karena susah sekali disuruh mengerjakan PR, diriku teringat pada tulisanku yang akan Anda baca ini. “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Penyakitmematikan itu bernama FIP. Tidak pernah terbayangkan betapa menyakitkan dan menyedihkannya ketika Roso, kucing yang sudah saya cintai sejak ia masih dalam kandungan harus berhadapan dengan penyakit mematikan bernama FIP, Feline Infectious Peritonitis. Saya pikir tidak ada penyakit kucing yang tidak ada obatnya, jangankan obat, bahkan
Gunawan Tri Atmojo /1/ Perempuan Muda dan Lelaki Tua Seperti biasa, sore itu ruang praktik Dokter Jolubo dipenuhi pasien. Dokter Jolubo adalah dokter umum yang memiliki tingkat kecocokan tinggi terhadap para pasiennya. Dia telaten dan teliti sehingga banyak pasien yang seharusnya berobat ke dokter spesialis memilih berkonsultasi kepadanya. Dua belas pasien antre di ruang tunggu itu. Jumlah itu pas dengan kursi yang tersedia. Jika ada tambahan pasien maka ia harus menunggu di luar ruangan. Di sudut tenggara ruangan itu seorang lelaki tua dan perempuan muda duduk bersisihan menunggu giliran diperiksa. “Dapat nomor antrean berapa Dik?” “Tiga. Kalau Bapak nomor berapa?” “Sembilan. Berarti sebentar lagi giliranmu. Antre dari pukul berapa Dik? “Tadi saya ambil nomor antreannya pagi Pak. Kalau tidak begitu bisa kelamaan antrenya.” “Harusnya saya juga begitu. Sakit apa Dik?” “Gusi berdarah Pak. Sudah seminggu tak sembuh-sembuh.” Mendengar jawaban itu, si lelaki tergelak lalu terbatuk-batuk. Semakin berusaha ia tahan tawanya semakin gencar batuk melandanya. “Masak hanya karena sariawan Adik periksa ke dokter dan dibelain ambil antrean dari pagi?” Terdengar nada meledek dalam pertanyaan lelaki itu yang kembali disusul dengan serentetan batuk tepat di sisi wajah si perempuan yang tampak mulai sebal dengan lelaki di sebelahnya. “Gusi berdarah itu beda dengan sariawan Pak. Ini juga sudah saya obati sendiri tapi tidak sembuh-sembuh dan mengganggu kerja saya sebagai penyiar radio.” “Betul Dik. Aku juga mendengar pengaruhnya. Setiap kata yang kamu ucapkan seakan diakhiri huruf s’. Kamu seperti mendesis-desis.” Lelaki itu kembali terbahak dan dengan serta merta batuk menyerangnya. Cara bercanda itu sama sekali tak terdengar lucu bagi perempuan itu. “Mampus kau dihajar batuk. Ayo teruslah menggonggong Pak Tua,” batin perempuan itu seraya tetap berusaha menjaga kesopanan. Akan tetapi, lelaki itu tampaknya memang sengaja dikirim untuk menambah ujian kesabarannya sebagai orang sakit. “Adik kan cuma sakit gusi berdarah, maukah bertukar nomor antrean dengan saya?” Permintaan lelaki itu lagi-lagi terdengar sangat melecehkan penyakitnya. “Memangnya ada yang salah jika sakit gusi berdarah berobat ke dokter?” batinnya. Barangkali dia akan mempertimbangkan permintaannya jika lelaki itu lebih sopan, lagipula dia sudah berjuang antre dari pagi, maka dia memutuskan untuk menolaknya. “ Maaf Pak, saya tidak bisa. Saya ada siaran setelah ini.” Ada nada kepuasan dalam jawaban itu yang membuat batuk si lelaki membadai dan disertai dahak, yang menjadikan perempuan itu merasa agak bersalah dan memerlukan basa-basi tambahan untuk menetralisirnya. “Kalau Bapak sakit apa?” Lelaki itu menjawabnya dengan disela batuk. “Te…be…ce…. TBC Dik.” Perempuan itu tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Dia tahu pasti bahwa TBC itu penyakit yang ditularkan lewat kontak langsung dengan penderitanya. Dan lelaki itu sudah batuk-batuk sekitar setengah jam di dekatnya. Sudah berapa banyak mikrobakteri yang terhirup olehnya? Dengan gemetar, dia bergegas meninggalkan lelaki yang masih sibuk dengan batuknya itu. Dia mendekat ke ruang periksa meski nomor antreannya belum dipanggil. Tiba-tiba gusi berdarahnya tak lagi terasa sakit, tetapi kini dia justru dicemaskan oleh kemungkinan serangan penyakit lain yang jauh lebih ganas. /2/ Cakar Ayam Suatu ketika dalam pacaran kami yang membahagiakan, aku dan isteriku pernah saling mengajukan lelucon mengenai cakar ayam. Aku yang memulai lelucon itu dengan pertanyaan singkat. “Menurutmu, bagi ayam, cakarnya itu kaki atau tangan?” “Kaki, karena ia digunakan untuk berjalan.” “Salah. Cakar itu adalah tangan ayam. Lihatlah ketika ayam itu gatal, maka dia akan menggaruk dengan cakarnya, mana ada menggaruk itu menggunakan kaki? Manusia juga mencakar menggunakan tangan, bukan kaki.” “Betul juga, bahkan ketika memegang makanan yang bentuknya agak besar atau memanjang, ayam akan menggenggamnya dengan cakar. Biasanya cakar yang digunakan juga sebelah kanan. Benar-benar ayam yang sopan dan mengerti tatakrama. Kamu pernah tahu ada ayam yang kidal?” Aku tergelak mendengar jawabannya ini. Dia memang lebih lucu dibandingkan aku dan itu salah satu alasanku jatuh cinta kepadanya. “Dengan itu pula berarti ayam adalah binatang yang paling atraktif. Dia layak memimpin sirkus karena konsisten berjalan dengan tangannya. Kini giliranmu bercerita.” Dia hanya tersenyum mendengar leluconku barusan, terdiam sejenak lalu memulai leluconnya. “Dahulu nenekku yang sudah lama dirawat di rumah sakit dan akhirnya diizinkan pulang ingin menyuapiku. Waktu itu umurku lima tahun. Aku tak tahu penyakit apa yang diderita nenek tapi aku diperintahkan untuk menjauhinya. Saat itu nenek bersikeras menyuapiku dan berkata kepada ibuku, yang juga adalah anaknya, bahwa dia telah sembuh.” Dia menghentikan ceritanya dan menghela napas. Aku menunggu dan mengira bahwa ini akan jadi cerita sedih yang berlawanan dengan kesepakatan awal kami. “Akhirnya ibuku memperbolehkan nenek menyuapiku. Kami pun ke teras. Nenek duduk di kursi membawa mangkuk nasi beserta lauknya sedangkan aku makan sambil bermain-main. Aku menghampiri nenek begitu makanan di mulutku habis tertelan. Pada suapan ke sekian aku merasakan sesuatu yang nikmat yang tak kudapati pada suapan sebelumnya. Setelahnya aku bergegas menemui nenek. Nek, cakar ayamnya enak, aku mau lagi.’ Cakar ayam? Laukmu hanya sayur bayam dan telur dadar, Nduk.’ Nenek tampak kebingungan. Demikian juga aku. Setelah kuamati ada yang aneh dari jari nenek yang memegang sendok. Aku menunjukkan keanehan itu dan kemudian nenek mengamati jemarinya. Kami sama-sama kaget, jari tangan itu tinggal empat. Satu kelingkingnya telah hilang. Jauh hari setelahnya aku baru tahu bahwa nanek menderita lepra. Tapi tak apa, aku tetap sehat dan jari kelingking nenek waktu itu juga terasa lezat.” Dia mengakhiri ceritanya dengan elegan sedangkan aku terpingkal-pingkal. Aku tahu bahwa tak baik menertawakan orang sakit tapi yang diceritakannya saat itu memang benar-benar lucu. /3/ Membaca atau Bercinta “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” Pertanyaan itu diajukan kekasihku karena cinta kami memang diwarnai buku. Tempat kencan favorit kami adalah toko buku. “Bercinta.” Dia tahu aku tak bisa berdusta kepadanya dan aku juga tak pernah berniat mendustainya. Cinta kami senantiasa membara dengan bahan bakar buku. Selama tiga tahun masa pacaran, hal paling romantis yang kami lakukan adalah bercinta di atas hamparan buku. Membaca dan bercinta adalah hal yang tak terpisahkan dari kami tetapi kami tahu persis perbedaannya. Membaca bisa kami lakukan sendiri-sendiri tetapi bercinta harus kami lakukan bersama-sama. Dan dalam bercinta kami juga dapat saling membaca tubuh masing-masing. Untuk menjembatani kesendirian saat membaca, kami membeli buku yang sama lalu membacanya di saat terpisah. Kami akan membicarakan buku itu ketika bertemu. Sepanjang membaca buku itu, kami akan membuat catatan kecil di tiap halaman yang kami anggap perlu. Catatan itu terkadang cuma berisi hal sepele tapi akan menjadi menarik ketika di waktu berlainan dibaca pasangan. Begitu merampungkan pembacaan, buku itu saling kami tukar. Kami akan membaca kembali catatan kecil yang menjadi jejak baca masing-masing. Hal semacam itu menguatkan tali cinta kami. Kami tidak hanya terikat secara perasaan tapi juga secara intelektual. Akan tetapi, ikatan semacam itu rupanya tak cukup kuat untuk membawa kami ke jenjang pernikahan. Perbedaan keyakinan yang berbuntut mampatnya restu dari keluarga besar menjelma pisau pemisah. Untuk meringankan derita, kami tak menganggap keluarga sebagai sebab utama perpisahan, melainkan penghormatan atas keyakinan masing-masing. Nasib pun membawa kami bertemu dengan orang yang ditakdirkan menjadi pasangan kami. Dia dibawa suaminya ke seberang pulau sedangkan aku menyusun hidup baru di kota ini dengan isteriku. Kami telah terpisah hampir lima belas tahun, ketika secara tak sengaja bertemu kembali di toko buku yang dulu sering kami kunjungi. Kami sama-sama terkejut. Tanpa kusangka pertanyaan lama meluncur dari bibirnya dan di hadapannya aku masih tak kuasa berdusta. “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” “Membaca.” “Kenapa? Jangan-jangan isterimu tak menggairahkan lagi ya, atau kamu sudah impoten?” Dia masih ceplas-ceplos seperti dulu dan menganggap pertanyaan itu sebagai lelucon. Aku hanya tersenyum. Tak menjawabnya lagi. Diam adalah cara terbaik untuk tidak berdusta kepadanya. Tapi tebakan keduanya itu hampir mendekati kebenaran. Sudah hampir tiga tahun ini aku menderita ejakulasi dini. Solo, 2015
QXcFY.
  • sqe5uaxode.pages.dev/291
  • sqe5uaxode.pages.dev/334
  • sqe5uaxode.pages.dev/2
  • sqe5uaxode.pages.dev/399
  • sqe5uaxode.pages.dev/157
  • sqe5uaxode.pages.dev/47
  • sqe5uaxode.pages.dev/166
  • sqe5uaxode.pages.dev/163
  • sqe5uaxode.pages.dev/121
  • cerpen sedih tentang penyakit